Bonus Demografi dan Kondisi Derajat Kesehatan di Kota Tasikmalaya

 

   


         Kota Tasikmalaya merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Pada rentang waktu 2020 sampai dengan 2030, Jawa Barat diproyeksikan akan mengalami Bonus Demografi yang berarti Kota Tasikmalaya akan ikut masuk ke dalamnya. Keadaan kependudukan suatu negara yang dilihat dari jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif adalah bonus demografi. Istilah “Bonus” mempunyai arti, yaitu memberikan peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara memaksimalkan ketersediaan sumber daya manusia yang ada (Kusuma Wardani, 2024).

            Bonus demografi merupakan bagian dari tahapan transisi demografi dengan tahapan awal yang ditandai dengan tingginya tingkat kelahiran dan kematian di suatu wilayah dengan struktur umur yang relatif sama. Hal tersebut tentunya perlu didukung dengan berjalannya pembangunan dalam hal perbaikan-perbaikan di bidang kesehatan dan pendidikan menjadi lebih baik sehingga mengakibatkan tingkat kelahiran mulai turun dengan tingkat kematian pun tetap rendah. Dampak dari hal tersebut menyebabkan persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk tidak produktif. Datangnya bonus demografi tidak hanya memberikan peluang tetapi dapat memberikan ancaman jika tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh suatu wilayah.

             Jumlah penduduk di Kota Tasikmalaya pada tahun 2023 mencapai 733,467 ribu orang yang tersebar di 10 kecamatan yang ada. Proyeksi penduduk Kota Tasikmalaya menurut Badan Pusat Statistik adalah sebagai berikut:

Kategori Penduduk

Tahun

2020

2025

2030

2035

Jumlah Penduduk (ribuan)

713,67

759,37

800,17

836,53

Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) (%)

68,72

68,69

67,59

67,20

Dependency Ratio (%)

45,51

45,58

47,95

48,81


Dari tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk usia produktif di Kota Tasikmalaya pada tahun 2020 – 2035 memiliki persentase yang dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65+ tahun). Menurut Saumana . dkk (2020), hal tersebut menyebabkan rasio ketergantungan penduduk mengalami penurunan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Kota Tasikmalaya sedang mengalami bonus demografi yang dapat dilihat dari piramida penduduk tahun 2023 sebagai berikut:

Sumber : BPS, 2024. Kota Tasikmalaya Dalam Angka

Terlihat bahwa penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia non produktif namun pada tahun ini penduduk usia 0-4 tahun paling tinggi hal ini dapat mengindikasikan bahwa hal tersebut yang membuat berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa rasio ketergantungan akan menurun akibat dari adanya bonus demografi, Kota Tasikmalaya memiliki rasio ketergantungan yang terus meningkat.

            Menghadapi bonus demografi ini, Kota Tasikmalaya perlu memaksimalkan peluang dari adanya bonus demografi dan menghindari ancaman yang diakibatkannya. Dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Tasikmalaya pada tahun 2023 berada diangka 75,47. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan IPM Provinsi Jawa Barat yang berada diangka 74,24. Kenaikan Indeks Pembangunan Manusia sejalan dengan naiknya laju pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya yang meningkat 1,44 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 3,57 persen. Dari bidang ekonomi, Kota tasikmalaya telah memaksimalkan adanya bonus demografi yang menyebabkan peningkatakan laju pertumbuhan ekonomi di wilayahnya.   

            Optimal tidaknya demografi muncul di suatu daerah bukan hanya dilihat dari meningkatnya perekonomian di suatu wilayah namun dilihat juga bagaimana keberhasilan dalam mengoptimalkan peluangnya yang disertai dengan penduduk yang memiliki kesehatan yang prima. Kondisi kesehatan yang baik pada suatu wilayah dapat lebih meningkatkan bonus demografi karena penduduk usia produktif dapat lebih optimal dalam hal berkontribusi pada perekonomian suatu wilayah. Salah satu yang dilihat dari pembangunan kesehatan di suatu wilayah ialah derajat kesehatannya. Oleh karena itu, bonus demografi akan optimal jika derajat kesehatan di suatu wilayah meningkat dengan cara meningkatkan mutu dan jankauan pelayanan masyarakat di wilayah tersebut.

            Gambaran derajat kesehatan di Kota Tasikmalaya dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu Angka Kematian (Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita), Umur Harapan Hidup, dan status gizi.  Umur Harapan Hidup di Kota Tasikmalaya pada tahun 2022 ada di angka 72,63 (tahun) yang lebih tinggi 0,29 (tahun) dibandingkan tahun 2021. Umur Harapan Hidup ini memberikan gambaran lamanya usia seorang bayi yang baru lahir diharapkan hidup. Meningkatnya UHH dapat diartikan bahwa semakin baik dan teraksesnya pelayanan kesehatan bagi semua kelompok masyarakat, perilaku hidup sehat oleh masyarakat, dan semakin baiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat yang disertai dukungan peningkatan kesehatan lingkungan sehingga hal tersebut dapat meningkatkan derajat kesehatan.

            Salah satu indikator derajat kesehatan ialah status gizi. Status gizi ini erat kaitannya dengan masalah stunting. Jumlah balita stunting di Kota Tasikmalaya pada tahun 2022 terdapat sebanyak 5633 balita, namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya menurun sebanyak 561 balita. Masalah stunting erat kaitannya dengan bonus demografi yang memberikan dampak negatif dalam penurunan produktivitas ekonomi suatu wilayah karena stunting pada balita akan menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif yang berdampak pada produktivitas individu tersebut di masa depan.

Dengan demikian, untuk memaksimalkan potensi bonus demografi, Kota Tasikmalaya perlu terus meningkatkan derajat kesehatan penduduk melalui upaya-upaya yang berkelanjutan dalam penyediaan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat, serta penanggulangan masalah-masalah kesehatan seperti stunting secara komprehensif. Dengan demikian, Kota Tasikmalaya dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari bonus demografi dengan lebih baik sehingga dapat ikut serta dalam mewujudkan penduduk berkualitas demi menuju Indonesia emas.

 

Sumber :

BPS. (2024). KOTA TASIKMALAYA DALAM ANGKA TASIKMALAYA MUNICIPALITY IN FIGURES.

Kusuma Wardani, D. (2024). ANALISIS PENGARUH BONUS DEMOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA BARAT The Analysis of Demographic Dividend on Economic Growth in West Java Province. In JOURNAL OF ANALYTICAL RESEARCH (Vol. 3, Issue 1)

.Saumana, N., Rotinsulu, D. C., & Rotinsulu, T. O. (2020). PENGARUH BONUS DEMOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. In Jurnal Pembanguan Ekonomi dan Keuangan Daerah (Vol. 21, Issue 4).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERGESERAN BUDAYA DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA JAWA BARAT

JAKARTA MERUBAH HIDUPKU

KESETARAAN GENDER : KEADILAN TANPA PANDANG GENDER