PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERGESERAN BUDAYA DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA JAWA BARAT
Di era globalisasi ini telah membawa banyak perubahan di segala sektor baik ekonomi, sosial, dan budaya. Terkait dengan budaya, era globalisasi telah membawa budaya dan teknologi hingga ke wilayah masyarakat adat. Tentu saja hal tersebut membuat tatanan sosial dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat adat akan terpengaruh. Globalisasi akan menyebabkan terbuka lebarnya akses informasi terkait hal-hal yang bertentagan dengan kepercayaan masyarakat adat. Perubahan nilai budaya dan sosial pada masyarakat Indonesia yang dicirikan dengan beberapa dampak yang diakibatkan dan juga perubahan perilaku masyarakat. Pengaruh globalisasi ini berkaitan dengan adanya modernisasi sehingga modernisasi seringkali membawa perubahan yang signifikan seperti pada cara hidup, nilai, dan kepercayaan masyarakat adat, yang kemudian dapat mempengaruhi identitas budaya, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial masyarakat. Perkembangan IPTEK yang saat ini begitu pesat menimbulkan dampak positif maupun dampak negative yang salah satunya berdampak pada terpengaruhnya dari aspek budaya. Salah satu masyarakat yang masih menganut adat istiadatnya tersendiri ialah masyarakat Kampung Naga.
Kampung Naga, satu dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Naga terletak tidak jauh dari jalasn raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya. Kampung ini berada pada suatu lembah yang subur, dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray di daerah Garut. Seacra administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Dari Tasikmalaya ke Kampung Naga sekira berjarak lebih lagi mendirikan rumah baru kurang 30 kilometer. Masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat yang disatukan oleh adat istiadat yang mereka anut secara turun temurun. Namun saat ini, masyarakat adat di sana berhadapan dengan realistis peradaban masyarakat modern dan di satu sisi masyarakat di sana harus mempertahankan dan terikat dengan adat dan istiadatnya.
Kemajuan teknologi dan media massa
di Kampung Naga tidak mengubah peninggalan dan warisan budaya yang diturunkan
oleh leluhur mereka. Gaya hidup masyarakat Kampung Naga tetap tidak berubah
karena mereka memiliki kesadaran yang kuat dalam diri mereka. Namun, terdapat
perbedaan kecil dalam hubungan antara generasi tua dan generasi muda di Kampung
Naga. Generasi muda memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, tetapi
mereka kurang dalam mematuhi atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun hal ini sedikit mempengaruhi dan menciptakan perbedaan antara generasi
tua dan generasi muda di Kampung Naga, untuk mengatasi dan meminimalisir perbedaan
tersebut, generasi muda diberikan arahan lebih lanjut mengenai ajaran leluhur,
adat istiadat, dan budaya yang berlaku di masyarakat Kampung Naga.
Selain itu, Dalam menghadapi
masuknya unsur modernisasi, masyarakat Kampung Naga bersikap menerima dan
terbuka terhadap perubahan tersebut. Mereka mengadopsi unsur-unsur modernisasi,
namun tetap menyesuaikannya dengan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat
mereka. Hal ini terjadi karena masyarakat Kampung Naga memiliki kepercayaan dan
budaya yang harus dilaksanakan dan ditaati di dalam lingkungan kampung adat. Di
luar lingkungan kampung adat, mereka diperbolehkan beraktivitas sesuai dengan
kebiasaan di luar, tetapi tetap mempertimbangkan dampak baik dan buruk dari
mengikuti kebiasaan baru. Dengan demikian, meskipun terdapat modernisasi,
nilai, norma, budaya, dan adat istiadat di Kampung Naga tetap terjaga hingga saat
ini.
Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat Kampung Naga masih menggunakan peralatan
tradisional. Mereka menolak penggunaan listrik, sehingga beberapa peralatan
elektronik seperti lampu tidur, kipas angin, mesin cuci, setrika baju, kulkas,
dan dispenser tidak ditemukan di sana. Peralatan memasak yang digunakan masih
sangat sederhana, yaitu menggunakan tungku dan kayu bakar. Untuk penerangan di
malam hari, mereka menggunakan lampu tempel atau lampu petromak. Minyak tanah
digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor minyak dan lampu-lampu tersebut.
Untuk menyetrika pakaian, mereka memakai setrika tradisional yang diisi arang
panas. Meskipun demikian, masyarakat Kampung Naga tidak sepenuhnya menutup diri
terhadap kemajuan teknologi. Mereka memiliki alat elektronik seperti televisi
yang dioperasikan dengan aki, serta motor dan traktor yang juga ada di Kampung
Naga.
Internet
tersedia di Kampung Naga, meskipun tidak tersebar di seluruh wilayah. Beberapa
warga memiliki handphone untuk keperluan komunikasi dengan saudara, anak,
suami, dan keluarga yang berada di luar Kampung Naga. Pandemi Covid-19
mendorong siswa untuk menggunakan handphone sebagai media belajar, sehingga
anak-anak sekolah di Kampung Naga dipastikan memiliki handphone. Penggunaan
handphone tidak terlalu intens karena tidak ada listrik di Kampung Naga,
sehingga pengisian daya baterai harus dilakukan di bendungan yang berada di
atas kampung. Selain itu, handphone juga digunakan untuk memasarkan hasil
kerajinan melalui toko online, yang dapat menambah pendapatan masyarakat. Kemajuan
teknologi tidak menyebabkan lunturnya nilai-nilai tradisional dalam kehidupan
sosial dan agama masyarakat Kampung Naga. Kehidupan yang bersifat tradisional,
budaya gotong royong, dan sikap kebersamaan masih terjaga hingga kini, karena
masyarakat percaya bahwa peralatan canggih seperti handphone tidak menghalangi
pelestarian adat istiadat yang telah ada sejak dulu. Masyarakat menggunakan
handphone hanya untuk keperluan penting. Selain itu, tidak adanya listrik dan
alat elektronik memberikan dampak positif dengan mencegah kesenjangan sosial
dan iri dengki di antara warga Kampung Naga, sehingga semua masyarakat memiliki
kondisi ekonomi dan kesetaraan hidup yang sama.
Masyarakat
Kampung Naga memiliki rasa untuk tetap mempertahankan budaya yang mereka
wariskan secara turun-temurun akan tetapi mereka tidak bisa menolak adanya
modernisasi dengan berbagai teknologi yang datang. Masyarakat di sana menerima
beberapa teknologi yang menurut mereka tidak melanggar norma-norma yang ada dan
juga mereka menerimanya karena keterpaksaan dan tidak ada cara lain untuk
menggunakannya karena keadaan sehingga masyarakat di sana mencerminkan kuatnya
pengaruh nilai-nilai leluhur dalam membentuk pandangan hidup dan
keputusan-keputusan mereka dalam menghadapi modernisasi.
Sumber
:
NurAnisa, N., Nur Halimah, S., & Mandasari, M. (2023). Kepercayaan Masyarakat Adat dan Modernisasi di Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 25(2).
(2007). Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya (2007). Bandung -Jawa Barat: Departemen Kebudyaan dan Pariwista
Komentar
Posting Komentar