Menggapai Polstat STIS

            Nama saya Pratama Rhomdoni Putra Ismail biasa dipanggil Tama yang merupakan seorang anak laki-laki yang lahir sebuah kota yang berada di Nusa Tenggara Timur, yaitu Kota Kupang. Namun di sana hanya beberapa tahun saja setelah itu diam dan menetap lama di suatu kota di Jawa Barat yang terkenal dengan border dan kelom geulisnya, kota itu ialah Kota Tasikmalaya.

            Sejak kecil beribu impian yang saya inginkan begitu pula cita-cita yang saya pilih di masa depan. Berawal dari cita-cita menjadi dokter berubah menjadi seorang tentara hingga pada saat SMA ingin menjadi seorang orang yang berkecimpung di bidang obat-obatan hingga saya mencoba mendaftar ke salah satu PTN terkenal di wilayah Jawa Barat, di samping itu adapun keinginan lain yang berada dipikiran saya, yaitu masuk ke sebuah perguruan tinggi kedinasan spesifiknya PKN STAN. Namun kurang beruntungnya saya, pada saat saya lulus dari SMA penerimaan untuk PKN STAN tutup di tahun 2020 dan pada saat itu pula saya berubah haluan untuk memilih Polstat STIS ini menjadi pilihan dalam mendaftar PTK.

            Hasil dari yang Maha Kuasa pada saat itu berbeda sekali dengan apa yang saya cita-citakan. Rasa senang bercampur sedih karena dapat berkuliah di PTN yang diinginkan namun dengan jurusan yang bukan keinginan saya pada awalnya. Disamping itu juga, kegagalan untuk mendapatkan PTK pun menjadi pukulan terbesar saat itu. Pada saat itu, saya hanya dapat menerima apa yang menjadi jalan terbaik yang diberikan oleh Allah SWT. Dan berusaha menjalankannya dengan rasa bersyukur.

            Perjuangan dalam mendapatkan apa yang saya inginkan tidak hanya berhenti pada waktu itu, saya mencoba kembali untuk mendapatkan jurusan yang saya inginkan pada saat itu dan mendaftar lagi kedinasaan. Ketidakberuntungan kembali menimpa saya karena kegagalan dalam mendapatkan keduanya bahkan salah satupun belum dapat digapai hingga saya berpikir untuk mengubur impian saya dan menjalankan apa yang sedang saya jalankan.

Pada suatu ketika, bapa saya bertanya “Kenapa tidak daftar lagi kedinasan?”, dan saya menjawab “Tidak, males” dengan ekspresi penuh pesimis akan kegagalan berulangkali. Namun, bapa saya memaksa kepada saya untuk mendaftar dulu saja yang pada saat itu 3 hari lagi penerimaan kedinasan akan ditutup. Tentunya saya memilih Polstat STIS yang menjadi pilihan dalam kedinasan dan juga memilih penempatan Nusa Tenggara Timur karena penempatan di Pulau Jawa hanya sedikit dengan persaingan yang ketat dan juga ingin bernostalgia dengan tempat dimana saya lahir dan tinggal selama 4 tahun di sana. Dengan persiapan yang seadanya dan pada saat itu di kampus saya sedang melakukan KKN dan pada saat itu saya izin pada saat dilaksanaan tes SKD, matematika dan psikotes, serta Kesehatan dan kebugaran. Seluruh tes untuk masuk Polstat STIS dengan mudahnya saya lalui dan selesaikan hingga pengumuman kelulusan yang diumumkan. Perjuangan saya hingga berada di sini, yaitu Polstat STIS tidaklah mudah dan saya perlu menyelesaikannya.

Dengan apa yang telah saya lalui hingga berada disini tentunya perlu perjuangan yang tidak mudah baik dari segi fisik, mental, waktu, dan lainnya. Hal yang bisa didapat dari kisah saya adalah jika memang sudah jalannya yang ditakdirkan oleh Allah SWT. Maka sesuatu yang tidaklah mudah akan dipermudah oleh-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERGESERAN BUDAYA DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA JAWA BARAT

JAKARTA MERUBAH HIDUPKU

KESETARAAN GENDER : KEADILAN TANPA PANDANG GENDER